Berlalu dengan ekspektasi

Di tahun 2015

Pertemuan yang tak mungkin langsung aku sebut sebagai pertemuan yang spesial.

Pertama kali bertatap mata dengannya aku merasa tertegun, ada hal yang ntah itu apa. M
ungkin terdengar klise dan seperti film sinetron yang jatuh cinta pada pandangan pertama. tapi bukan hal seperti itu yang aku rasakan.

Setelah tau dia ternyata satu grup denganku di salah satu club yang aku ikuti, pikiranku menganggap hal itu normal dan berkata "yaa.. mungkin saja perasaan aneh saat itu karena dia pernah aku lihat tapi tidak tau siapa namanya"

Saat gabung di grup fb club, dia ternyata menambahkan ku menjadi temannya.
aku terima dan ada pikiran terlintas dikepala "mungkin nanti dia akan menjadi penting. mungkin.. tetapi tidak tau kapan" 

Lama berselang dan setelah aku tidak lagi aktif di club yang sama dengannya, terjadilah pertemuan kedua yang tidak sengaja.
Bertemu di salah satu tempat penjual minuman yang tak jauh dari kampus. Disini kontak mata antara aku dan dia pun terjadi. tidak disengaja. hanya selintas tapi bersamaan. Mungkin aku melihatnya seperti tatapan yang menantang.
karena tatapan bodoh ini berlanjut fb. yhaa. Saat terjadinya percakapan aku sempat menanyakan pertemuan kedua dan setelah itu selesai. 
hanya sampai disitu dan kami tidak ada komunikasi lagi. Dan lagi apa hal yang bisa membuat kami memperpanjang komunikasi? tidak ada alasan untuk itu.

Beberapa tahun kemudian, sapaan yang tidak disengaja yang mungkin hanya sekedar keisengan dia belaka merupakan awal dari aku yang tak biasa. Banyak sesuatu yg dirasa spontan dan tak biasa aku lakukan ke orang yg ku anggap tidak terlalu kenal dekat. 

Tidak mengerti kenapa di part dikehidupan ini aku melakukan hal yang bukan aku, atau lebih dari aku? atau memang inilah aku? 
Banyak hal yang membuatku jadi sering merenung dan meyakinkan diri apakah dari segala tindakan yang telah aku lakukan ini adalah jalan yang benar?
Seakan semesta pun ikut campur tangan atas kedekatan aku dengannya. Tanpa waktu lama dan tanpa banyak basa-basi.
Aku hanya berbicara jujur dan diapun melakukan hal yang sama, tanggapan kami yang begitu antusias membawa ke arah yang lebih dari sekedar kenalan.

Dia selalu yang mengarahkan percakapan ke arah yang seharusnya tidak aku pijaki dan percayai. Itulah penyebab awal terbentuknya sesuatu yg tidak pada porsinya yang bernama ekspektasi. 

Dia juga menanamkan nilai-nilai baik dalam hal bersikap dan pemahaman terhadap hubunganku dengan tuhanku.
Dia sebetulnya mampu membawaku ke terjun ke dalam diriku sendiri dan tau apa mauku, apa yang ingin aku tuju dan tau apa yang ingin ku usahakan dalam hidup.
Termasuk bersamanya adalah salah satu tujuanku sekaligus membuat aku jg menghilangkan batas normalku untuk mengusahakan manusia yang bertemu secara langsungpun tak pernah, tapi sudah kuberanikan mengorbankan banyak hal agar aku bisa menjangkau sesuatu yg aku kira adalah tujuan kami bersama. 
Yaa setidaknya itu yang aku rasakan. aku tak menampiknya..

Kami banyak melewatkan waktu bersama dengan vidio call, atau telpon berjam-jam sekalipun aku masih ada di dalam kereta penuh saat jam sibuk. mendengar suaranya bagaikan candu. Melihat wajahnya yang seperti itupun sudah meluruhkan lagi rasa lelahku..atau rasa kesalku jika dia tak menepati janji. Aku selalu berusaha memahaminya dengan waktunya yang banyak di habiskan oleh kesibukan dalam mencari materi. Seakan selalu bisa menenangkan hati itu membuat aku berhenti untuk bersikap acuh, selalu memaafkannya dan memendam rasa amarahku.
Banyak janji yang mengikat, tak banyak hal yang bisa diperbuat olehnya juga. Ini permasalahan klasik yang terjadi dalam setiap hubungan.
Aku paham dan bebesar hati menerima karena kami diperbudak oleh jarak. Aku tak banyak menuntut.

Disinilah ekspektasi ku kasih makan terus menerus dengan harapan.

Yah setidaknya yang kami percayai dan sepakati adalah kami sama-sama berusaha dalam hal materi untuk berusaha sekuat tenaga agar bisa mewujudkan tujuan kami bersama.
Aku rasa pasangan yg sedang berjuang menuju hal tradisional pun melakukan hal yang sama.

Tetapi semakin waktu terlewati, banyak hal yang terjadi yang mungkin membuat keyakinan kami merapuh. Kenapa? perihal jarak yang jauh dan perbedaan suku yang kami kira tidak akan menjadi masalah besar malah menjadi topik masalah utama kami. 

Setiap kali membicarakan hal itu seakan mengundang sakit kepala, dia selalu menghindari topik itu agar tidak menjadikan suasana intim antara aku dan dia saat di telpon menjadi sirna.

Dia mulai tidak terbuka, mulai menjadikan sibuk sebagai alasan untuk menjauh, mulai menutup diri dan melindungi yang dia sebut rumahnya.
Aku tak menyalahkannya karena memang pada kenyataannya keadaan disekitarpun tidak mendukung berjalan baiknya hubunganku dengannya.
Aku mulai menyadari itu saat dia mulai sering mengabaikan telponku dengan sengaja dan tidak ingin menyambungkan salamku langsung ke ibunya.
iyaaa. ternyata peran keluarga juga sangat penting dalam lancarnya sebuah hubungan. aku berusaha untuk tidak patah semangat dan menguatkan diri.

Banyak perkara yang memperparah hubungan kami.
Akhirnya setelah aku memikirkan banyak hal dan mempertimbangkan segalanya dengan baik, aku memberanikan diri untuk memutuskan hal ini agar tidak berlarut-larut menyakiti kami semakin dalam. Mempertahankan hubungan diujung tanduk yang mana pasanganmu hanya pasrah dan tidak berusaha keras itu bagaikan pisau dengan dua sisi tajamnya. Semakin erat kamu menggenggamnya maka semakin dalam kamu terluka.

Kami selesai disaat semua semakin kacau.
disaat semua hal yang aku lakukan menjadi salah.
dia tak melakukan apapun selain mengiba terhadapku.
sedikit tangisannya memancingku juga memecahkan tangisanku dari rasa sakit yang aku tahan sejak lama. emosiku meledak dengan tangis. semakin kencang.
kami merasa tak berkuasa atas hidup, pilihan dan keinginan kami sendiri, peran keluarga merenggut kebahagiaan kami. itu yang aku pikirkan saat kami selesai.
Setidaknya di terakhir percakapan saat masih menyandang status sebagai sepasang kekasih.
aku mempercayai bahwa benar dia mencintai ku juga. 

Tetapi ekspektasiku sudah hancur berantakan.
Saat itu aku menyadari harapanku terlalu besar sampai semua tujuan dalam hidupku aku refleksikan dengan dia di dalamnya.
Sekejap tujuanku lenyap. 
Aku hilang arah.

Ternyata dengan selesainya hubunganpun tidak membuat kami merasa legah ataupun tanpa beban. Perasaan yang masih tertinggal di antara kami membuat kami masih tarik menarik tidak ingin pisah jauh, tetapi hal ini pun jelas tak baik jika terus dilakukan.
Apalagi terhadapku.. aku yang merasa saat itu menjadi pihak yang amat disakiti, merasa ini tidak adil seperti terkurung dengan harapan-harapan untuk bersama dengannya kembali.

Dengan lelah aku menangis semalaman, hati hancur, pengharapan yang abu abu, dengan ujung yang tidak jelas. dia dengan tega seakan memberikan pengharapan atas tameng putus baik baik, maka harus terus berhubungan baik? begitu terus  bermain main dengan perasaanku yang hampir lumpuh?
aku sadar ini tak baik untuk diriku sendiri jika terus dilakukan.

Aku tau.. sebagian besar orang pasti menyarankan untuk mendekatkan diri kepada Pencipta. ini bukan hanya perkara punya keimanan tetapi  kesehatan hati, mental dan pikiran.
Semua sedang tidak singkron dan luka-luka. Healing yang tentunya membutuhkan waktu untuk kembali menormalkan yg rusak sesuai dengan fungsinya.
Aku berjuang dengan caraku untuk menjauh darinya. tidak bergantung dgn kebiasaan dengannya atau menghilangkan kebiasaan pikiranku untuk terus memikirkannya, pengalihan yang membuatku merasa cukup lebih baik tapi menyiksa secara psikis.. karena saat itu hati menolak untuk pergi.

Jujur hal ini membuatku terguncang hebat, sangat berpengaruh dalam bekerja ataupun kehidupanku. Rasa murung yang menghampiri dan ketidakjelasan arah selalu mengikuti kemanapun aku pergi selama berbulan bulan dengan dia yang datang pergi.
Dan dia tak pernah tau soal ini

Selama beberapa bulan aku meyakinkan diri dan berusaha bangkit lagi.
meluruskan kembali tujuanku dan tidak memberatkan diri kepada ekspektasi.

Yang aku sadari setelah lama aku berjuang untuk melupakan adalah...
putus baik-baik dikala kita menjadi pihak yang amat disakiti itu adalah keputusan yang naif. Kamu berarti tidak mencintai dirimu sebagai manusia yang punya hati, malah lebih mencintai orang lain dengan mengorbankan hatimu sendiri atas dasar apa? cinta? bahkan dia tak melakukan hal yang sepatutnya dia lakukan. itu pernyataan bodoh dan buang itu jauh-jauh. Setelah itu kamu bisa bangkit dan berfikir rasional.
19112018.
momen dimana aku pernah merasa sangat bahagia


Tentang Ekspektasi:
aku kecewa akan ekspektasiku sendiri..
Karena aku bukan bersama dengan orang yg apa adanya kamu, tetapi orang yg aku ekspektasikan adalah dirimu.
ekspektasi membunuhku dalam harapan yang semu. kamu bahkan berjalan tak beriringan denganku
banyak celah yang membuat perasaan kita luruh 
tak terselamatkan.

selamat tinggal.. 
berlalu lah..
ku ingin sembuh, dan percaya pada harapanku yg tanpa kamu..
dimasa depanku.

Komentar

  1. Momen di saat km merasa "sangat bahagia" tp di sisi lain ada wanita lain yg merasa "sangat tersakiti"

    BalasHapus
  2. Ikhlas. Jangan terlalu lama terpuruk dan merasa jadi pihak yg tersakiti. Kasian mentalmu.

    BalasHapus
  3. Bagaimana jika km tau seorang yg membuat komitmen dg mu pd knyataannya masih menjalin hbungan dg masa lalunya tnp sepengetahuan mu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kamu, dia dan orang yg saat ini menjalani hubungan dengan kalian bahagia.
      Masalalu biarlah berlalu. cukup dijadikan pelajaran dalam proses kita untuk menjalani kehidupan dengan lebih baik kedepannya.

      Hapus
  4. Jika pasangan km selingkuh, apa yg pertama kali km lakukan.. saran tolong

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dibicarakan baik-baik alasan mengapa dia melakukan itu.
      Jika selingkuhnya pada tahap yang sudah tidak bisa kamu maafkan, dan jika dari awal kalian sudah berkomitmen tidak akan ada perselingkuhan di antara hubungan kalian.
      kamu berhak memutuskan mau dibawa kemana hubungan ini, karena perselingkuhan itu bukan sesuatu yg bisa ditolerir. Dia telah melanggar komitmen yang dia sendiri, tidak ada jaminan kedepannya dia tidak melakukan hal yg sama.

      kalo saya sih tidak bisa bersama orang yang sudah melanggar hal yg dia komitmenkan.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer